Wednesday, October 26, 2016

Makalah Penamaan



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

Penamaan adalah proses perlambangan suatu konsep untuk mengacu kepada suatu referen yang berada yang di luar bahasa.
Referen adalah benda atau orang tertentu yang diacu oleh kata atau untaian kata dalam kalimat atau konteks tertentu. Penamaan atau pemberian nama adalah soal konvensi atau perjanjian belaka di antara sesama anggota suatu masyarakat bahasa (Aristoteles). Dalam pembicaraan mengenai hakikat bahasa ada dikatakan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang bersifat arbiter. Maksudnya, antara suatu satuan bahasa, sebagai lambang, misalnya kata, dengan sesuatu benda atau hal yang dilambangkannya bersifat sewenang-wenang tidak ada hubungan “wajib” di antara keduanya.
           Berdasarkan penjelasan tersebut, penulis akan memaparkan tentang Penamaan.

B.     Rumusan Masalah

Pada latar belakang diatas yang penulis buat rumusan masalah di dalam makalah ini yaitu, Apa pengertian dari Penamaan dan sebab apa saja yang melatarbelakangi terjadi Penamaan tersebut?

C.    Tujuan
Dari  rumusan masalah diatas penulis membuat tujuan makalah ini yaitu, Mengetahui apa pengertian dari Penamaan dan sebab apa saja yang melatarbelakangi terjadi Penamaan tersebut?


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Penamaan
Nama itu sama dengan lambang untuk sesuatu yang dilambangkannya, maka berarti pemberian nama itu pun bersifat arbitrer, tidak ada hubungan wajib sama sekali. Pemberian nama adalah soal konvensi atau perjanjian belaka di antara sesama anggota suatu masyarakat bahasa (Aristoteles 384-322 SM). Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer. Maksud hal tersebut yakni sistem lambang bunyi suatu satuan bahasa sebagai lambang dengan sesuatu benda atau hal yang dilambangkan bersifat sewenang-wenang dan tidak ada hubungan wajib di antara keduanya. Sebagai contoh, hewan berkaki dua, bersayap dan berbulu, dan biasanya dapat terbang, dalam bahasa Indonesia dinamai [burung], sedang dalam bahasa Jawa dinamai [manuk], atau [bird] dalam bahasa Inggris.
Berdasarkan teori yang ada, terdapat beberapa penamaan yang dilatarbelakangi oleh sebab-sebab atau peristiwa-peristiwa tertentu, yakni sebagai berikut.
1.      Peniruan Bunyi
Nama-nama benda dibentuk berdasarkan bunyi dari benda tersebut atau suara yang ditimbulkan oleh benda tersebut.
Misalnya, binatang sejenis reptil kecil yang melata di dinding disebut cecak karena bunyinya “cak, cak, cak“. Begitu juga dengan tokek diberi nama seperti itu karena bunyinya “tokek, tokek”. Contoh lain meong nama untuk kucing, gukguk nama untuk anjing, menurut bahasa kanak-kanak, karena bunyinya begitu.
Kata-kata yang dibentuk berdasarkan tiruan bunyi ini disebut kata peniru bunyi atau onomatope.



2.      Penyebutan Bagian
Penamaan suatu benda atau konsep berdasarkan bagian dari benda itu, biasanya berdasarkan ciri khas yang dari benda tersebut dan yang sudah diketahui umum.
Misalnya kata kepala dalam kalimat Setiap kepala menerima bantuan sebesar 10 kg. Bukanlah dalam arti kepala“ itu saja, melainkan seluruh orangnya sebagai satu kesatuan (pars pro toto, menyebut sebagian untuk keseluruhan). Contoh lainnya yaitu kata Indonesia dalam kalimat Indonesia memenangkan medali emas di olimpiade. Yang dimaksud adalah tiga orang atlet panahan putra (menyebut keseluruhan untuk sebagian.)

3.      Penyebutan Sifat Khas
Penyebutan sifat khas adalah penamaan sesuatu benda berdasarkan sifat yang khas yang ada pada benda tersebut. Gejala ini merupakan peristiwa semantik karena dalam peristiwa ini terjadi transposisi makna dalam pemakaian yakni perubahan dari kata sifat menjadi kata benda. Di sini terjadi perkembangan yaitu berupa ciri makna yang disebut dengan kata sifat itu mendesak kata bendanya karena sifatnya yang amat menonjol itu, sehingga akhirnya, kata sifatnya itulah yang menjadi nama bendanya. Contoh, orang yang sangat kikir lazim disebut si kikir atau si bakhil. Yang kulitnya hitam disebut si hitam, dan yang kepalanya botak disebut si botak.
Di dalam dunia politik dulu ada istilah golongan kanan dan golongan kiri. Maksudnya, golongan golongan kanan untuk menyebut golongan agama dan golongan kiri untuk menyebut golongan komunis.

4.      Penemu dan Pembuat
Nama benda dalam kosa kata bahasa Indonesia yang dibuat berdasarkan nama penemunya, nama pabrik pembuatnya, atau nama dalam peristiwa sejarah disebut dengan istilah appelativa. Nama-nama benda yang berasal dari nama orang, antara lain mujahir atau mujair yaitu nama sejenis ikan air tawar yang mula-mula ditemukan dan diternakkan oleh seorang petani yang bernama Mujair di Kediri, Jawa Timur. Nama orang atau nama pabrik dan merek dagang yang kemudian menjadi nama benda hasil produksi itu banyak pula kita dapati seperti oskadon obat sakit kepala, tipp ex koreksi tulisan, miwon bumbu masak, dan lain sebagainya. Contoh lain Volt nama satuan kekuatan listrik dari nama penciptanya yaitu Volta.

5.      Tempat Asal
Sejumlah nama benda dapat ditelusuri berasal dari nama tempat asal benda tersebut. Misalnya kata magnit berasal dari nama tempat Magnesia; kata kenari, yaitu nama sejenis burung, berasal dari nama pulau kenari di Afrika; kata sarden atau ikan sarden, berasal dari nama pulau Sardinia di Italia; kata klonyo berasal dari Au De Cologne artinya air dari kuelen, yaitu nama kota di Jerman Barat.
Banyak juga nama piagam atau prasasti yang disebut berdasarkan nama tempat penemuannya seperti Piagam Kota Kapur, Prasasti Kedukan Bukit, Piagam Telaga Batu dan Piagam Jakarta. Selain itu ada juga kata kerja yang dibentuk dari nama tempat, misalnya, didigulkan yang berarti di buang ke Digul di Irian jaya; dinusakambangankan, yang berarti di bawa atau dipenjarakan di Pulau Nusakambangan. Contoh lain :
a.       Baju merk Nevada berasal dari daerah Nevada, USA
b.      Berus dari nama tempat di Sumatra Barat
c.       Kain damas untuk taplak berasal dari nama kota Damaskus
d.      Buah siwalan berasal dari daerah Siwalan
e.       Perjanjian renville dilakukan di kapal Renville

6.      Bahan
Ada sejumlah benda yang namanya diambil dari nama bahan pokok benda itu. Misalnya, karung yang dibuat dari goni yaitu sejenis serat tumbuh-tumbuhan yang dalam bahasa latin disebut Corchorus capsularis, disebut juga goni atau guni.  Contoh lain, kaca adalah nama bahan. Lalu barang-barang lain yang dibuat dari kaca seperti kaca mata, kaca jendela, dan kaca spion. Bambu runcing adalah nama senjata yang digunakan rakyat Indonesia dalam perang kemerdekaan dulu. Bambu runcing dibuat dari bambu yang ujungnya diruncingi sampai tajam. Maka di sini nama bahan itu, yaitu bambu, menjadi nama alat senjata itu. Contoh lain, kaca adalah nama bahan, nama barang lain yang terbuat dari kaca disebut juga kaca seperti kaca mata, kaca jendela, kaca spion

7.      Keserupaan
Dalam praktik berbahasa banyak kata yang digunakan secara metaforis. Artinya kata itu digunakan dalam suatu ujaran yang maknanya dipersamakan atau diperbandingkan dengan makna leksikal dari kata itu.
Misalnya kata kaki pada frase kaki meja dan kaki kursi dan ciri “terletak pada bagian bawah”. Contoh lain kata kepala pada kepala kantor, kepala surat, dan kepala meja. Di sini kata kepala memiliki kesamaan makna dengan salah satu komponen makna leksikal dari kata kepala itu, yaitu “bagian yang sangat penting pada manusia” yakni pada kepala kantor, “terletak sebelah atas” yakni pada kepala surat, dan “berbentuk bulat” yakni pada kepala paku. Malah kemudian, kata-kata seperti kepala ini dianggap sebagai kata yang polisemi, kata yang memiliki banyak makna.

8.      Pemendekan
Penamaan yang didasarkan pada hasil penggabungan unsur-unsur huruf dan beberapa suku kata yang digabungkan menjadi satu. Misalnya rudal untuk peluru kendali, iptek untuk ilmu pengetahuan dan teknologi, dan tipikor untuk tindak pidana korupsi. Kata-kata yang terbentuk sebagai hasil pemendekan ini lazim disebut akronim.

9.      Penamaan Baru
Penamaan baru dibentuk untuk menggantikan kata atau istilah lama yang sudah ada karena kata atau istilah lama yang sudah ada dianggap kurang tepat, kurang rasional, tidak halus atau kurang ilmiah. Misalnya, kata pariwisata untuk menggantikan kata turisme, darmawisata untuk piknik, dan karyawan untuk mengganti kata kuli atau buruh. Penggantian kata gelandangan menjadi tuna wismadan buta huruf menjadi tuna aksara adalah karena kata-kata tersebut dianggap kurang halus; kurang sopan menurut pandangan dan norma sosial. Proses penggantian nama atau penyebutan baru masih akan terus berlangsung sesuai dengan perkembangan pandangan dan norma budaya yang ada di dalam masyarakat.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.    Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer. Maksud hal tersebut yakni sistem lambang bunyi suatu satuan bahasa sebagai lambang dengan sesuatu benda atau hal yang dilambangkan bersifat sewenang-wenang dan tidak ada hubungan wajib di antara keduanya. Sebagai contoh, binatang berkaki dua, bersayap dan berbulu, dan biasanya dapat terbang, dalam bahasa Indonesia dinamai [burung], sedang dalam bahasa Jawa dinamai [manuk], atau [bird] dalam bahasa Inggris.
2.    Berdasarkan teori yang ada, terdapat beberapa penamaan yang dilatarbelakangi oleh sebab-sebab atau peristiwa-peristiwa tertentu, yakni sebagai berikut.
a.       Peniruan Bunyi
b.      Penyebutan Bagian
c.       Penyebutan Sifat Khas
d.      Penemu dan Pembuat
e.       Tempat Asal
f.       Bahan
g.      Keserupaan
h.      Pemendekan
i.        Penamaan Baru








DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2002. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Yakarta: Rineka Cipta
Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta



















No comments:

Post a Comment