Majawati Oen
Indonesia sudah merdeka selama 70
tahun, ibarat orang sudah berusia sepuh, kaya pengalaman dan pensiun. Sudah
mempunyai anak dan cucu sebagai penerus. Dalam usianya yang ke-70 tahun
Indonesia masih harus selalu berjuang untuk bisa menyejahterakan rakyatnya.
Meskipun sudah menjadi negara maju dan melakukan pembangunan di berbagai
bidang, tetapi permasalahan bangsa ini masih banyak. Kesejahteraan rakyatnya
masih belum merata, polah pejabatnya yang korup juga masih berderet,
ketergantungan pada BBM juga membuat stabilitas perekonomian beberapa kali
terguncang. Belum lagi tuntutan kenaikan gaji buruh.
Sejak merdeka sampai sekarang,
ternyata persoalan bangsa tetap datang silih berganti hanya beda bentuknya. Dengan
demikian, sebenarnya setiap generasi punya persoalan dan perjuangan sendiri
untuk mengatasinya. Setelah merdeka, tidak berhenti! Akan selalu datang
masalah-masalah baru yang harus dihadapi dan diselesaikan oleh bangsa
Indonesia. Jika demikian, maka setiap generasi membutuhkan pahlawan di
zamannya. Pahlawan yang kita kenal sebagai orang-orang yang berjasa
memperjuangkan kemerdekaan bangsa dan tercatat dalam sejarah adalah sekelompok
orang yang menjadi pahlawan di zamannya. Para pahlawan yang dikenal dan
dikenang secara meluas.
Sesungguhnya masih ada
pahlawan-pahlawan lain yang sesudah kemerdekaan kurang mendapat julukan lagi.
Sebutan pahlawan yang diangkat di zaman ini seperti pahlawan tanpa tanda jasa
sebagai julukan untuk guru dan pahlawan devisa untuk TKI. Pahlawan yang lainnya
masih banyak, hanya belum dijuluki. Menyambut Hari Pahlawan tahun 2015, saya
tergugah untuk menuliskan tentang pahlawan zaman sekarang. Untuk menjadi
pahlawan apakah harus mendapat pengakuan? Menurut saya tidak.
Di zaman yang makin terdesak oleh
era globalisasi, ketika segala sesuatu bergerak dengan cepatnya, sebenarnya
siapapun bisa menjadi pahlawan di posisinya masing-masing. Hal-hal kecil dan
sederhana yang dilakukan sepenuh hati dan dengan niat baik, tekun dan berada
pada garis kebenaran adalah bentuk kepahlawanan yang tidak terkuak, tetapi
sangat dirasakan manfaatnya oleh orang-orang di sekitarnya.
Siapa saja yang bisa jadi pahlawan?
Seorang ibu yang mengurus rumah
tangganya dengan baik, mengasuh anak-anaknya menjadi orang yang berguna dan
sukses. Seorang ayah yang bertanggung jawab dan menyayangi keluarganya. Seorang
pegawai yang bekerja tekun, jujur dan loyal. Seorang polisi yang menegakkan
kebenaran. Seorang pebisnis yang fairplay. Seorang pemimpin yang bijaksana.
Seorang pejabat yang mau melayani rakyat, yang tidak aji mumpung atas
jabatannya. Seorang murid yang belajar dengan giat, seorang anak yang berbakti
kepada orang tuanya, dan lain-lain. Siapapun bisa jadi pahlawan, tak harus
menunggu menjadi sosok yang berpengaruh di masyarakat, tak harus menduduki
jabatan penting dan terhormat?
Seperti kita tahu, apa saja
sifat-sifat kepahlawanan itu? Rela berkorban, pantang menyerah, berani membela
kebenaran, berjuang sampai titik darah penghabisan, ikhlas menolong siapa saja.
Sejak kecil kita dikenalkan pada para pahlawan bangsa dengan
teladan-teladannya, tetapi seringkali semua itu hanya sebagai ilmu yang
terlewatkan setelah kita ulangan. Nilai-nilai luhur kepahlawanan justru mulai
luntur karena kita merasa sudah merdeka dan kita disibukkan dengan upaya-upaya
memenuhi kebutuhan hidup dan memperkaya diri.
Indonesia masih butuh pahlawan
Apa kita masih perang, sehingga
butuh pahlawan? Ya. Perang di zaman ini memang beda bentuknya. Kita masih
berperang melawan ketidakadilan, kurangnya pemerataan, perang melawan korupsi,
perang melawan bobroknya birokrasi, perang melawan sistem pengelolaan keuangan
negara yang masih sering bocor dan tidak hemat. Kita juga perang melawan
rusaknya mental bangsa, melawan kemacetan, melawan sikap hedonisme. Kita juga
berperang melawan usaha-usaha sebagian kelompok masyarakat yang ingin
menggerogoti ideologi negara, Pancasila. Masih banyak persoalan bangsa yang
harus kita perangi. Belum lagi perang melawan diri sendiri terhadap kemalasan,
mau menang sendiri, ketidakpedulian dan lain-lain.
70 tahun setelah merdeka ternyata
sikap-sikap kepahlawanan itu mulai luntur, semangat yang berkobar di dada
pahlawan dengan perjuangan tanpa kenal lelah sampai kehilangan nyawa tak lagi
merebak di dada orang Indonesia masa kini. Mereka masih berpedoman bahwa
pahlawan adalah sosok yang memegang bambu runcing, memakai ikat kepala merah
putih dan berperang dengan penjajah. Tak sadar bahwa dirinya sendiri saat ini
juga menghadapi “penjajah” dalam bentuknya yang berbeda. Tidak ada bentuk fisik
lawannya, tetapi tanpa disadari telah menggerogoti bangsa ini.
Penjajah yang paling sulit dilawan
adalah ego diri. Kita tak lagi dijajah oleh bangsa lain. Kita dijajah oleh
bangsa kita sendiri karena sulitnya mengatasi perbedaan pendapat. Bangsa
Indonesia berhenti, jalan di tempat ketika elite politiknya saling ngotot dan
tidak bisa mengatasi perbedaan yang terjadi. Bangsa Indonesia sudah terjajah
oleh kebijakan yang salah selama bertahun-tahun dalam pengelolaan kekayaan
negara. Kita ini katanya kaya akan sumber daya alam, tetapi kita juga sekaligus
miskin karena terjerat oleh harga BBM. Kita juga terjajah oleh kesalahan sistem
dalam pengambilan kebijakan yang selalu berganti-ganti karena pengelolanya
ganti. Banyak biaya besar yang terbuang percuma dan rakyat tak bisa berbuat
apa-apa. Dengan demikian perjuangan para pahlawan di negara ini masih harus
diteruskan, dan masih dibutuhkan pahlawan-pahlawan untuk berperang melawan
“penjajah baru”.
Tantangan pahlawan masa kini
Pahlawan masa kini tak perlu
atribut, pahlawan masa kini cukup dimulai dengan niat dan tindakan. Siapa saja
bisa menjadi pahlawan di posisinya masing-masing dengan meneladan sikap para
pahlawan. Menjadi generasi yang tidak membebani negara karena bersikap yang
kurang terpuji, menjadi generasi yang lebih suka mendahulukan kewajibannya
daripada memperjuangkan tuntutannya. Menjadi generasi yang bisa memberi solusi
dan bukan pintar mengkritisi saja. Perjuangan bangsa Indonesia masih banyak dan
panjang, setiap generasi membutuhkan pahlawan. Bukankah untuk menjadi pahlawan,
tak harus selalu dicatat sejarah. Hal yang terpenting adalah kiprah sang
pahlawan mempunyai nilai manfaat nyata, meskipun itu bukan sesuatu yang besar
hingga menggemparkan jagad atas upaya perjuangannya dan tidak membuatnya jadi
orang terkenal.
Bersyukur, saat ini mulai muncul
sosok-sosok yang berani beda dalam berkiprah. Mereka adalah pahlawan masa kini
yang aksinya dapat menginspirasi banyak orang melalui tindakan nyata yang
bermanfaat bagi masyarakat di sekelilingnya. Semoga makin bermunculan pahlawan
masa kini yang dapat menumpas “penjajah baru” dan dapat membawa pencerahan
kepada bangsa Indonesia.
Selamat Hari Pahlawan
No comments:
Post a Comment