Wednesday, December 10, 2014

Analisis Naskah drama “Mak Comblang”

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

            Drama merupakan salah satu dari tiga macam genre sastra sebagai cabang kesenian yang mandiri.  Secara etimologi, kata “drama” berasal dari bahasa Yunani "draomai" yang berarti “menirukan”, selanjutnya dalam pengertian umum diartikan “berbuat, berlaku, bertindak, atau beraksi”.   .
            Drama juga diklasifikasikan menjadi drama dalam bentuk naskah dan drama yang dipentaskan. Drama dalam bentuk naskah merupakan salah satu genre sastra yang disejajarkan dengan puisi dan prosa. Sedangkan drama dalam bentuk pentas adalah jenis kesenian mandiri yang merupakan integrasi antara berbagai jenis kesenian seperti musik, tata lampu, seni lukis (dekor, panggung), seni kostum, seni rias, dan sebagainya.
Naskah drama “Mak Comblang” yang merupakan adaptasi dari “The Mariage” karya Nikolai Gogol agaknya cukup menarik untuk dijadikan bahan analisis karena bercerita mengenai hal-hal atau kejadian yang mungkin dekat dengan kehidupan di sekitar kita. Naskah drama ini juga menyinggung segala macam tingkah manusia, orang-orang yang ambisius, angkuh, sok priyayi, kenes dan mmbanggakan diri secara berlebihan, serta orang yang kehilangan akal sehatnya karena haus kekayaan. Mereka menganggap perkawinan hanyalah transaksi dagang yang selalu harus memperhitungkan untung dan rugi secara materi.
Seorang wanita bernama Ambarita yang dikenalkan oleh Ny. Eliya kepada lima orang pria dengan berbagai macam karakter untuk dijadikan suami ternyata mengalami kebingungan.  Ny. Eliya menjadi “Mak Comblang” dalam usaha Ambarita mencari suami.  Namun urusan percomblangan ini malah menjadi berbelit-belit oleh ulah Karim. 
            Naskah drama “Mak Comblang”  yang menceritakan tentang kehidupan yang dekat dengan apa yang ada dalam kehidupan nyata dengan cerita yang ringan dan adegan-adegan yang mengandung humor. Naskah ini juga memuat cerita yang penuh kejutan. Hal ini lah yang membuat penulis untuk mencoba mengkaji naskah drama berjudul “Mak Comblang” dengan pendekatan struktural.

B.     Perumusan Masalah
            Perumusan masalah dalam analisis stuktur naskah drama “Mak Comblang” hanya dititikberatkan pada analisis stuktur dan unsur-unsur intrinsik. 

C.    Tujuan
Tujuan dari menganalisis stuktur naskah drama “Mak Comblang ” dengan pendekatan Objektif adalah untuk dapat menganalisis stuktur dan unsur-unsur intrinsik dari naskah drama yang dianalisis.:

D.    Manfaat
Kita dapat mengetahui dan menganalisis stuktur naskah drama “Mak Comblang” ataupun yang lain dengan pendekatan Objektif khususnya untuk saya sendiri dan umumnya untuk kita semua.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Hakekat Drama

Beberapa pengertian Drama menurut para ahli :
Menurut kintoko, drama adalah proses pemeranan diri kita menjadi seseorang yang harus diperankan di dalam pementasan. Drama adalah kehidupan sehari-hari yang dipentaskan dengan sistematis dan menarik.
Menurut Wiyanto, drama adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak. Konflik dari sifat manusia merupakan sumber pokok drama.
Menurut Budianta, drama adalah sebuah genre sastra yang memperlihatkan secara verbal adanya dialog atau cakapan di antara tokoh-tokoh yang ada.
Drama merupakan salah satu karya sastra dalam bentuk adegan atau pertunjukan. Biasanya drama menampilkan sesuatu atau hal tentang kehidupan sehari – hari. Penulis naskah atau sutradara, ingin menyampaikan pesan atau keingininannya melalui pementasan drama. Seolah – olah penulis mencurahkan isi hatinya dan mengajak para peminat sastra bahkan penonton untuk menikmati dan merasakan kejadian – kejadian dalam kehidupan sekitar.
Drama ada yang sifatnya mengkritik , lelucon atau komedi , percintaan, tragedi, pantonim dan lain sebagainya . Kejadian – kejadian dalam cerita biasanya dipaparkan dalam bentuk dialog atau secara lisan. Kehidupan dan watak pelaku digambarkan melalui acting yang dipentaskan dalam adegan drama tersebut. Umumnya drama terbagi menjadi beberapa adegan yang berkaitan.



B.     Pendekatan Objektif Naskah Drama Bila Malam Bertambah Malam

Pendekatan Objektif adalah pendekatan sastra yang menganalisis struktur atau unsur-unsur pokok, sering juga disebut sebagai unsur intrinsik. Unsur intrinsik Naskah Drama Bila Malam Bertambah Malamantara lain :

1.      Tema
Dalam naskah drama “Mak Comblang” tema yang diangkat adalah mengenai percintaan.  Di mana dari tema percintan ini ditarik sebuah cerita unik dengan bumbu percomblangan atau jodoh menjodohkan.

2.      Alur
Alur atau kerangka drama Bila Malam Bertambah Malam karya Putu Wijaya menggunakan alur maju, karena diceritakan secara runtut dari awal hingga akhir. Oleh karena itu, unsur-unsur plot meliputi:
Alur atau plot adalah jalan cerita yang merupakan rangkaian peristiwa yang saling berhubungan sehingga terjalin suatu cerita. Seperti dikemukakan oleh Rusyana (1978 : 67), yang dimaksud alur atau jalannya cerita adalah rangkaian cerita yang di bentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita.  Ada pun alur atau plot yang terdapat dalam naskah drama “Mak Comblang” yang mengususng alur maju penulis uraikan menjadi beberapa segmen sebagai berikut :
a.       Pengenalan Situasi Cerita
Cerita dimulai ketika Akhmad merasa kebingungan menentukan pilihan apakah ia harus menikah atau tidak.  Pada saat seperti  ini muncul sosok Karim yang menginginkan Akhmad untuk segera menikah.  Terjadi perdebatan antara Akhmad dan Karim.  Kemudian tokoh Ny. Eliya masuk ke dalam cerita dengan menawarkan kepada Akhmad untuk menikahi seorang gadis bernama Ambarita.
b.      Menuju Adanya Konflik
Pemunculan konflik dimulai saat ternyata Ny. Eliya mencarikan calon suami untuk Ambarita lebih dari satu orang.  Hal ini tentu membingungkan Ambarita untuk menentukan pilihannya.  Terlebih semua calon yang dibawa oleh Ny. Eliya memperebutkannya.
c.       Puncak Konflik
Persaingan antar tokoh yang menjadi kandidat untuk dipilih oleh Ambarita sebagai suami semakin memanas.  Bujukan-demi bujukan diterima oleh Ambar dan hal ini membuatnya sangat kebingungan menentukan pilihan.  Intrik demi intrik pun muncul untuk mendapatkan hati Ambarita.  Karim pun gencar sekali merayu Ambarita untuk memilih Akhmad.  Dengan segala intriknya Karim menyingkirkan kandidat-kandidat lain calon suami Ambarita untuk menjadikan Akhmad sebagai satu-satunya calon. 
d.      Penyelesaiann
Akhirnya Ambarita memilih akhmad sebagai calon suaminya.  Namun saat perhelatan pernikahan Ambarita dengan Akhmad akan dimulai, Akhmad malah melarikan diri dengan loncat keluar melalui jendela untuk menghindari pernikahan.

3.      Latar

a.       Latar Tempat
Ada beberapa latar tempat yang terdapat pada naskah drama “Mak Comblang” , antara lain di sebuah kamar seorang bujangan (kamar milik Akhmad) yang menjadi latar tempat pada babak pertama.  Latar tempat selanjutnya adalah  di sebuah kamar milik Ambarita yang menjadi latar tempat pada babak kedua dan ketiga.  Tidak digambarkan secara detail mengenai tata letak properti panggung untuk menunjang panggung yang ditata menyerupai sebuah kamar.  Hal ini bisa jadi disengaja oleh pengaang untuk memberikan kebebasan kepada sutradara untuk mengatur sendiri tata letak properti panggung. 
b.      Latar Waktu
            Latar waktu pada naskah drama “Mak Comblang” tidak banyak dicantumkan.  Hanya pada babak ketiga dapat diketahui bahwa latar waktunya adalah sore hari seperti yang ada pada kutipan dialog berikut :
           
Serabi             : Selamat sore, nona Ambar.
Ambar                         : Oh, selamat datang tuan serabi. Boleh saya bertanya ... ...

Untuk latar waktu pada babak pertama dan babak kedua didak tiketahui latar waktunya.  Namun sutradara dapat mengatur sendiri latar waktu sesuai dengan situasi cerita dalam naskah.
c.       Latar Suasana
            Naskah drama “Mak Comblang” menyajikan suanana penuh kebingunan dan kebimbangan yang dialami tokoh-tokohnya terutama tokoh Akhmad dan Ambarita.  Tokoh Akhamd mengalami kebingungan yang dilematis pada saat ia dihadapkan pada kenyataan bahwa di usianya yang matang, ia tak kunjung mempunyai istri.  Namun di sisi lain ia tidak mau repot-repot untuk memiliki istri.
            Sedang untuk tokoh Ambarita, ia juga sangat kebingungan ketika harus memilih calon suami yang dipilihkan Ny. Eliya.  Kebingungan Ambarita bertambah ketika Karim menghasutnya untuk memilih Akhmad.

4.      Tokoh/penokohan
Ada pun analisis penokohan atau perwatakan yang ada pada naskah drama “Mak Comblang” diuraikan secara tokoh pertokoh sebagai berikut :
a.       Akhmadin Akhmad
Akhmad sebagai tokoh utama tampil sebagai sosok ambtenaar  yang tak percaya diri ketika harus menghadapi sebuah perkawinan.  Ia mengkalkulasi materi demi menutupi sifatnya yang peragu, tidak tetap pendiriannya dan cenderung membuang-buang kesempatan atas nama harga diri. Akhmad pun dinilai sebagai orang yang cukup angkuh dengan memamerkan materi dan sangat menyukai pujian.  Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut :
Akhmad                       : Jasku yang paling bagus. Yang lain kurang bagus kwalitetnya bukan ?
Karta                           : Oh iya, tuan. Yas tuan yang paling bagus, tuan.
Akhmad                       : Jadi punyaku yang paling-paling bagus, ha ?
Karta                           : Tak perlu disangsikan lagi, tuan.
Akhmad                       : Ha, jasku paling bagus. Itu sebabnya itu tukang jahit tanya sama kau; “Kenapa kau punya tuan suruh bikin jaas baru dari bahan yang begitu tinggi kwalitetnya ?”. Bukan begitu ?



b.      Karta
Sosok Karta dalam naskah drama ini digambarkan sebagai pembantu atau pelayan bagi Akhmad.  Karta adalah orang yang penurut dan atuh terhadap perintah majikannya.  Hal ini dpat diamati dari dialog-dialog antar tokoh Karta dan Akhmad.  Di mana ketika Akhmad menyuruh atau memanggil, Karta dengan sigap melaksanakan apa yang diperintah Akhmad.
c.       Karim
Sosok Karim tampil sebagai sahabat Akhmad yang juga sekaligus keluarga dekat dari Ambarita.  Karim mati-matian merayu Akhmad yang peragu untuk segera menikah.  Ia merupakan tokoh mak comblang kedua setelah Ny. Eliya.
d.      Ny. Eliya
Ny. Eliya merupakan seorang mak comblang yang berusaha menjodohkan Ambarita dengan enam orang pria sebagai calonnya. Dalam hal ini ia bersaing dengan tokoh Karim yang berusaha menjodohkan tokoh Ambarita dengan Akhmad. Keduanya bersaing seperti tim sukses calon kepala daerah yang memperebutkan kursi kekuasaan.  Persaingan di antara mereka pun penuh intrik.
e.       Tigor
Tigor adalah salah satu orang yang dicomblangkan oleh Ny. Eliya. Tigor merupakan seorang pelaut yang sudah bertandang ke berbagai negara.  Ia dapat dikategorikan sebagai orang yang tidak punya apa-apa karena terdapat kutipan dialog seperti di bawah ini :



Ambar             : Bagaimana rambutnya ?
Eliya                : Bagus.
Ambar             : Dia punya hidung ?
Eliya                : Seperti itulah. Yang jelas, dia tidak punya apa-apa. Satu tongkatpun. Dia tak punya. Kamarnya telanjang seperti bayi baru lahir. Tak ada apa-apanya, kecuali sebuah bale-bale reyot.

f.       Rd.Tatang Serabi
Serabi merupakan salah satu orang yang dicomblangkan oleh Ny. Eliya.  Ia adalah tokoh yang digambarkan sebagai pegawai negeri berkedudukan tinggi (Jaksa) atau bisa disebut termasuk kaum priyayi. Tubuhnya besar (gendut), namun ia memiliki rasa kemanusiaan yang besar pula. Namun usianya sudah tidak muda lagi yaitu kurang lebih 50 tahun.
g.      Arjuna
Arjuna merupakan salah satu orang yang dicomblangkan oleh Ny. Eliya.  Ia memiliki perawakan yang jangkung dan memiliki sifat perfeksionis dalam mencari istri.  Arjuna menginginkan calon istri yang cantik, berpendidikan dan bisa berbahasa Ingrris, padahal dirinya sendiri tidak bisa berbahasa Inggris. Kutipan yang mendukung perwatakan Arjuna sebagai berikut :
                                                          Eliya               :   Ada yang bernama tuan Arjuna. Satu contoh keelokan dengan bibir yang mungil seperti murbei. “Aku inginkan isteri”, katanya ... “Yang tidak saja cantik, tetapi juga berpendidikan. Aku mau isteri yang bisa bicara Inggris”. Benar-benar orag berkebudayaan. Sangat halus dan sangat lemah. Pahanya sebesar tangan gadis. Tapi dia jangkung.


h.      Ambarita Ruwanti
Ambarita menjadi tokoh yang menjadi sentral cerita dan menentukan nasib beberapa tokoh lainnya. Pemikirannya mudah dialihkan cenderung berubah-ubah.  Ia mudah dihasut oleh tokoh lain.  Dengan kata lain Ambarita juga merupakan seorang yang peragu dalam menentukan pilihan.  Hal ini tentu saja membuat bingung tokoh-tokoh yang ingin melamar Ambarita.  Seolah-olah mereka dipermainkan sengaja dijerat masuk kemudian dihempaskan.  Sikap Ambarita ini lah yang menimbulkan konflik.
i.        Arina
Tokoh Arina yang berperan sebagai bibi dari Ambarita merupakan tokoh pembantu yang meramaikan cerita.  Ia merupakan sosok yang nyinyir dan materialistik.  Arina menginginkan seseorang yang kaya untuk menjadi pendaamping hidup Ambarita. 
10.  Siti
Tokoh Siti dalam naskah drama ini tidak banyak menonjol dan hanya sebagai tokoh sampingan yang ikut meramaikan cerita.  Siti adalah seorang pembantu rumah tangga yang patuh terhadap perintah majikannya. 

5.      Amanat
Amanat yang terkandung dalam naskah drama “Mak Comblang” antara lain :
a.       Belajarlah menentukan pilihan, karena keraguan menunjukkah ketidakdewasaaan.
b.      Berpikir logis dan singkirkan rasa egois.
c.       Kalah dan menang dalam persaingan itu biasa, yang luar biasa adalah apabila yang menang maupun yang kalah dapat menempatkan dirinya pada situasi yang adil.


BAB III
PENUTUP

A.  Simpulan

Berdasarkan analisis struktur naskah drama “Mak Comblang”, dapat ditarik kesimpulan berdasarkan masing-masing unsur yang membangun cerita dalam naskah drama yang diuraikan sebagai berikut :
1.      Tema
Tema yang diangkat ke dalam naskah ialah mengenai percintaan yang melibatkan unsur percomblangan.
2.      Dialog
Dialog menggunakan percakapan lansung antar tokoh secara bergantian.  Jika salah satu tokoh berbicara, maka tokoh yang lain mendengarkan.
3.      Peristiwa atau kejadian
Peristiwa tau kejadian yang dialami tokoh satu dengan tokoh yang lain dikaitkan sehingga membentuk sebuah cerita yang berkaitan.
4.      Latar atau seting
Untuk latar tempat digambarkan jelas oleh naskah meskipun tidak dijelaskan tata letak properti yang mendukung pada saat di panggung.  Latar waktu tidak dicantumkan oleh pengarang baik melalui teks samping maupun dalam dialog, terkecuali yang ada ada babak ketiga.  Sedangkan latar suasana lebih cenderung menggambarkan suasana kebingungan dan kebimbangan tokoh-tokohnya.
5.      Penokohan atau perwatakan
Perwatakan masing-masing tokoh cukup dijelaskan melalui dialog-dialog antar tokoh.
6.      Alur atau plot
Alur yang digunakan merupakan alur maju.
7.      Amanat
Amanat utamanya adalah “Belajarlah menentukan pilihan, karena keraguan menunjukkah ketidakdewasaaan.”

DAFTAR PUSTAKA

Agung Nugroho, M.pd. 2014 Powerpoint.



No comments:

Post a Comment